Selasa, 21 Agustus 2007

Agama


Semua penduduk melikan memeluk agama islam. Melikan mempunyai 2 pondok tempat belajar agama islam yaitu pondok di Masjid Bani sarijan dan pondok melikan kulonan Kyai ngusman. Kedua pondok tersebut ada untuk wadah belajar ngaji bagi anak-anak kecil di dusun melikan. Semua anak-anak yang masih SD wajib mengikuti pelajaran di Pondok tersebut seperti di contohnya di MDA Al-Hasan ( Masjid bani sarijan). Di pondok tersebut muridnya tidak hanya dari melikan saja bahkan ada yang dari jegolan dan Munggur.
Agama islam di melikan tidak mengikuti golongan tertentu seperti Muhammadiyan dan NU, namun bersifat Netral. gambar disamping adalah Masjid melikan selatan sungai yang baru dalam tahap pembangunan

5 komentar:

zain mengatakan...

Slamat berpuasa
nek sahur nonton para pencari tuhan sctv
dudu iklan iki ....!

Mas Setyo mengatakan...

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1428 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

==BANI MATAHAR==

wasiyat.ST mengatakan...

akhir ramahan waktu itu
rakit pohon pisang di kali.
gema bedug lebaran di akir puasa.
kedatangan Alm.mbah Isnan Solo.
obor di atas jalan grojokan.
speker yang di usung sepeda.
potongan kertas mercon dihalaman.
nyekar.
Takbir.
mandi pagi dengan takbir subuh.
berangkat ke masjid.
ambengan di serambi masjid.
Mercon gede..
badan...
sungguh tak terlukiskan....
benarkah getaran itu semakin pudar...................

zain mengatakan...

Riyo ndek ingi kae bar sholat id jane aku kepingin mangan ambeng sak waregke. Tapi tak delok kancane ucul sitok sitok.
Wah, ra sido wareg. Padahal aku ngrasakne puenak tenan......
Dan itu sing kepingin tak ulangi setiap tahun.

zain mengatakan...

Pada suatu pagi subuh di langgar etan aku tidur dengan marahnya. Kepalaku pening tertusuk tusuk suara lengkingan nada nada tinggi yang menghiba hiba. Pak Ngasto muda tanpa ampun menghajar pendengaranku dengan pujian pagi menjelang subuhnya. Ini juga yang dilakukan hari hari sebelumnya. Suaranya melengking tinggi mendekati oktaf tertinggi manusia. Ooooh....aku sungguh tersiksa. Tidur baru sebentar sudah harus bangun pagi sholat subuh, setelah malam sebelumnya beraksi menjarah tanaman nanas-e mbah warno dan mengembat nongko matenge mbah Sayuti.
Wah Pak Ngasto ini memang racun bagi tidur lelapku, penghancur mimpi mimpi indahku pagi itu.
..................................
25 Tahun kemudian.....
Waktu 24 jam sehari serasa tak cukup untukku. Pekerjaan yang tak habis habis. Rengekan anak anak di saat tak tepat. Cerita cerita istri saat aku pingin sendiri....
Semua menyita hidupku.
Saat lelah begini....suatu yang kubenci duapuluh lima tahun lalu perlahan lahan mereyapi telingaku. Pertama lamat lamat kemudian menjadi jelas meraung raung di telingaku. Dengan suara khas yang melengking tinggi mirip Luciano Pavarotti.
Dan akupun mengikuti suara itu. pertama pelan. Kemudian aku trance didalam gulungan gulungan gaib suara suara itu. Bahkan aku tak mendengar lagi suara melengking itu. Yang aku dengar hanya suara dari bait bait itu sendiri.

HU ALLAH HU GHAFURRU RAHIM....
ALLAH TAUBAT, TAUBAT KAWULA TUHAN
WONTEN NDONYA KAWULA NGGADAHI DOSA
WONTEN AKHIRAT KAWULO DIPUN SIKSA
MUGI ALLAH NGAPURA....
SAKATHAHING DOSA KULA......

Dan akupun mennjadi setitik debu yang bercahaya. Cahaya yang berpedar pedar menyilaukan, yang ternyata adalah pintu nan lebar untuk mengenali diri....

SUWUN MBAH NGASTO........