Selasa, 21 Agustus 2007

Budaya

Budaya jawa islam yang kental masih menjadi warna yang mendominasi di dusun ini. Salah satu contohnya adanya kenduri. Kenduri atau kenduren biasa diistilahkan, selalu ada dalam setiap momen penting dalam keluarga yang punya gawe. Mereka memanfaatkan kenduren sebagai wadah berkumpul untuk doa bersama/tahlilan. Kenduren biasa ada untuk memperingati orang yang mati ( 7 hari, 40 hari, mendak ) dan seterusnya sampai untuk kegiatan doa pernikahan dan kelahiran bayi. Dalam setiap kenduren selalu ada orang yang dituakan untuk memimpin acara ritual bersama tersebut.
Satu lagi yang menjadi tradisi adalah kegiatan pagar dusun yang selalu diadakan setiap 1 suro. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh bapak-bapak waktu jam 12 tengah malam dengan berjalan mengelilingi kampung diselingi tahlilan. Bapak-bapak ini start dari RT nya masing-masing dengan Finish di rumah bapak Kasun. Selain itu pada waktu yang sama para sesepuh melakukan pemasangan tumbal di setiap pojok-pojok dusun.. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada Allah swt agar dusun melikan selalu diberi keselamatan dan keberkahan.
Ada satu budaya yang pernah menjadikan dusun melikan jaya yaitu Seni pentul. Menurut sesepuh seni tari pentul dulu pernah menjadi icon melikan dan sempat mengorbit ke tingkat propinsi. Namun mungkin karena kurangnya perhatian dari pihak pemerintah ditambah sudah meninggalnya para pemain utama kelestarian seni ini menjadi terbengkalai. Sebagai bukti anda bisa melihat pentul melikan di museum seni Airlangga Surabaya. Sebenarnya masih bayak budaya-budaya didusun melikan, yang belum sempat tertuangkan dalam tulisan ini, dengan harapans semoga kedepan semakin banyak putra-putri melikan yang peduli dan mau mengirimkan tulisannya tentang kampung tercinta kita ini.

7 komentar:

zain mengatakan...

sakjane buanyak yg telupakan.
rodatan, utawen, terbangan.
kita punya seniman seniman yg hebat pada zamanya.
di kesenian pentul kita punya alm supar (ete)pengendang hebat.
alm pak joko yag selalu memerankan komandan pasukan pentul.
atau mas tomo yang kalo njoged jenakanya bukan main.
otau juga pak kajar yang jago meramu idiom idiom segar macam idiom tentang orong orong yang keinget sampe sekarang.
di kesenian terbangan kita punya alm pak sahil yang jago nglelik, itu lho yang menyanyi dengan teknik suara tinggi tapi bukan falseto. Mariah carey aja mestinya berguru pada beliau.
di seni lukis ada pak joyo yang jago nglukis.
( eh beliau masih nglukis nggak ?)
Di kesenian utawen kita punya Mbah Tar yang sangat sangat bersahaja. Tapi hanya beliaulah rupanya yang masih menjadi " king"nya utawen.
dan buanyak lagi gak bisa di critakan satu persatu.
kita harus hormat kepada beliau beliau ini..
Kondisi sekarang bagaimana ?
Campur santri masih jalan ?
Memang zaman sudah berubah.
Setiap orang pasti larut dalam peribahan itu. Tapi bolehlah kita tengok skali skali masa silam melikan yang penuh warna.
betapa melikan adalah sebuah dusun yang unik dengan seni dan budayanya.
Aku rindu........................

wasiyat.ST mengatakan...

salah satu seni yang kita warisi sekarang adalah kepiawaian kita memboyong nilai seni dalam kehidupan nyata,bukankah kita ini orang-orang yang selalu kreatif mencari bentuk bentuk penyegaran jiwa.....melalui konsep-konsep seninya wong melikan yaitu yang selalu :
1.menonjolkan kesederhanaan
2.bermental juara
3.selalu berbeda
4.dll.............
.....pokoknya...jan wis..tak terlukiskanlah......

zain mengatakan...

Yo...yo.....Setuju..........!

wasiyat.ST mengatakan...

Lha..iya...lah...

zain mengatakan...

Ada jurus sing aku dapat soko Hartono adhine Sopingi.

Pas mulih sekolah kaline banjir. Padahal wis kadhung lewat pondok kulon, lewat babagkane pak Hudi. Rencanane arep nyabrang neng babagkane mbah Dju (PakpuhSardju).
Kaline banjir gedhi. Arep mbalik nanggung. Hartono meyakinkan gak usah wedi, nglangi ae.
Tapi nglangine gak oleh lurus melintang arus air. Harus melok iline banyu disik karo nglangi menuju pinggir.
Klambi, buku, sepatu di untel untel dadi siji di cekeli tangan kanan. Nglangi nganggo tangan kiri.
ALHAMDULILLAH slamet tekan pinggir.
Walaupun mendarate pas ning ngisor wit duwet sing enek belike mbah Wasiyat. Rudok geser dari tujuan semula, tapi slamet.

Ternyata jurus itu masih ampuh di gunakan sekarang.
Dalam masalah apapun.
Intinya :
Luwes, negoisasi, tidak menang sendiri, dan tidak "kenceng melulu"......

DIDIK PUTUNE MBAH KULON mengatakan...

Jaman kuwi now bocah ciliek sobone neng kali alias lumban + gogo golek urang di sundukki suket oleh sak renteng. istilahe nrutus/nggragas opo opo di pangan

masalahe lagi paete berat wuoh sikatan,asem enom, cacil kecut, sawo sepet,gedang klutuk setengah matang habis di makan bareng bareng,

zaman telah berubah bocah saiki mokongan dolanen HP. tumpakkane kudu sepeda motor anyar ora gelem kalah karo koncone.

Ternyata nilai dan budaya itu telah bergeser seiring berjalanya waktu..

Unknown mengatakan...

Penthul Melikan saiki wes terkenal mbah